Senin, 19 Desember 2011

FICO Peringatkan Bank-bank di Asia untuk Menyertakan Fluktuasi Ekonomi ke dalam Ramalan Resiko Kredi


FICO Peringatkan Bank-bank di Asia untuk Menyertakan Fluktuasi Ekonomi ke dalam Ramalan Resiko Kredi

FICO (NYSE:FICO), penyedia teknologi predictive analytics dan menajemen keputusaan terkemuka, kemarin di jakaarta (12/12) menyerukan kepada institusi perbankan untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perubahan-perubahan dalam perekonomian yang berdampak pada resiko kredit konsumer. Hal tersebuat merupakan hasil pertemuan tertutup FICO APAC Chief Risk Officer Forum yang digelar belum lama ini yang merupakan pertemuan lebih dari 30 chief risk officer dari  bank-bank ritel di kawasan Asia.
Menurut Dan McConaghy, president, FICO Asia Pacific, membangun informasi ekonomi ke dalam model-model resiko wajib bagi bank-bank untuk mengeksekusi strategi-strategi manajemen resiko yang efektif, sekaligus berguna  untuk melindungi stabilitas sistem perbankan.  “Stabilitas diperlukan untuk langkah pemulihan dan industri perbankan perlu memiliki infrastruktur guna memahami perubahan pasar dengan cepat, sehingga mampu bereaksi cepat, bahkan mampu meramalkan kejadian-kejadian yang akan datang. Bank harus memanfaatkan pemodelan resiko ekonomi untuk mengetahui bagaimana ketegangan dalam perekonomian mempengaruhi kemampuan konsumer untuk membayar hutang-hutang mereka dan memungkinkan bank-bank untuk memperoleh modal dari portofolio yang tertekan.” Ujar Dan McConaghy.

“Sekarang merupakan waktu yang paling tepat untuk menegaskan pentingnya manajemen resiko, mengingat adanya fluktuasi pasar dan sistem perbankan global yang tidak saling terinterkoneksi.  Regulasi keuangan sendiri hanya satu langkah menuju upaya mengembalikan perekonomian ke jalurnya.,” kata  Andrew Jennings, chief analytics officer, FICO. Sementara Cyrus Daruwala, Managing Director, Asia Pacific, IDC Financial Insights, menambahkan, menyertakan predictive analytics mengenai asal muasal pelanggan dan proses manajemen akan sangat penting bagi bank. “ Kini perbankan sangat tertarik dengan pendekatan FICO  untuk mengindetifikasi para pelanggan utama yang akan terbukti lebih menguntungkan,analisa perilaku pelanggan secara historis tidak cukup untuk menentukan bahwa pelanggan tersebut layak mendapat kredit , prediksi perilaku pelanggan dalam berbagai tekanan ekonomi berbeda justru akan sangat berharga , “ ujarnya.

Prediksi  di tahun 2012 akan terjadi pertumbuahan di Asia Timur, namun ketidakpastian pasar menyelimuti tingkat pertumbuhan untuk kawasan ini, Asia Development Bank memperkirakan bahwa Asia akan  tumbuh sebesar 7.2% pada 2012, tapi ramalan ini lebih rendah dari ramalan sebelumnya sebesar 7.5%. Asia Development Bank juga memeriksa 3 skenario dengan ramalan yang terkait. Pertama, Eurozone akan jatuh ke dalam resesi; kedua, Eurozone dan ekonomi AS akan mengalami kontraksi; ketika, akan terjadi krisis global baru, dengan output Eurozone dan AS jatuh ke tingkat pada 2009. Dalam skenerio ketiga, yang merupakan scenario terburuk, Asia Timur yang sedang tumbuh hanya akan mengalami pertumbuhan GDP sebesar 0.6 hingga 3.7%
Indonesia di tahun 2012, Asia Development Bank memperkirakan pertumbuhan sebesar 6.5%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 6.8%. Meski adanya sedikit revisi, Asia Development Bank tetap yakin bahwa Indonesia akan tetap tumbuh moderat bahkan di tengah krisis hutang yang kini berlangsung di Eropa dan AS.( wartaekonomi.co.id )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar