FICO Peringatkan Bank-bank di Asia untuk Menyertakan
Fluktuasi Ekonomi ke dalam Ramalan Resiko Kredi
FICO
(NYSE:FICO), penyedia teknologi predictive analytics dan menajemen keputusaan
terkemuka, kemarin di jakaarta (12/12) menyerukan kepada institusi perbankan
untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perubahan-perubahan
dalam perekonomian yang berdampak pada resiko kredit konsumer. Hal tersebuat
merupakan hasil pertemuan tertutup FICO APAC Chief Risk Officer Forum yang
digelar belum lama ini yang merupakan pertemuan lebih dari 30 chief risk
officer dari bank-bank ritel di kawasan
Asia.
Menurut
Dan McConaghy, president, FICO Asia Pacific, membangun informasi ekonomi ke
dalam model-model resiko wajib bagi bank-bank untuk mengeksekusi
strategi-strategi manajemen resiko yang efektif, sekaligus berguna untuk melindungi stabilitas sistem
perbankan. “Stabilitas diperlukan untuk
langkah pemulihan dan industri perbankan perlu memiliki infrastruktur guna
memahami perubahan pasar dengan cepat, sehingga mampu bereaksi cepat, bahkan
mampu meramalkan kejadian-kejadian yang akan datang. Bank harus memanfaatkan
pemodelan resiko ekonomi untuk mengetahui bagaimana ketegangan dalam perekonomian
mempengaruhi kemampuan konsumer untuk membayar hutang-hutang mereka dan
memungkinkan bank-bank untuk memperoleh modal dari portofolio yang tertekan.”
Ujar Dan McConaghy.
“Sekarang
merupakan waktu yang paling tepat untuk menegaskan pentingnya manajemen resiko,
mengingat adanya fluktuasi pasar dan sistem perbankan global yang tidak saling
terinterkoneksi. Regulasi keuangan
sendiri hanya satu langkah menuju upaya mengembalikan perekonomian ke
jalurnya.,” kata Andrew Jennings, chief
analytics officer, FICO. Sementara Cyrus Daruwala, Managing Director, Asia
Pacific, IDC Financial Insights, menambahkan, menyertakan predictive analytics
mengenai asal muasal pelanggan dan proses manajemen akan sangat penting bagi
bank. “ Kini perbankan sangat tertarik dengan pendekatan FICO untuk mengindetifikasi para pelanggan utama
yang akan terbukti lebih menguntungkan,analisa perilaku pelanggan secara historis
tidak cukup untuk menentukan bahwa pelanggan tersebut layak mendapat kredit ,
prediksi perilaku pelanggan dalam berbagai tekanan ekonomi berbeda justru akan
sangat berharga , “ ujarnya.
Prediksi di tahun 2012 akan terjadi pertumbuahan di
Asia Timur, namun ketidakpastian pasar menyelimuti tingkat pertumbuhan untuk
kawasan ini, Asia Development Bank memperkirakan bahwa Asia akan tumbuh sebesar 7.2% pada 2012, tapi ramalan
ini lebih rendah dari ramalan sebelumnya sebesar 7.5%. Asia Development Bank
juga memeriksa 3 skenario dengan ramalan yang terkait. Pertama, Eurozone akan
jatuh ke dalam resesi; kedua, Eurozone dan ekonomi AS akan mengalami kontraksi;
ketika, akan terjadi krisis global baru, dengan output Eurozone dan AS jatuh ke
tingkat pada 2009. Dalam skenerio ketiga, yang merupakan scenario terburuk,
Asia Timur yang sedang tumbuh hanya akan mengalami pertumbuhan GDP sebesar 0.6
hingga 3.7%
Indonesia
di tahun 2012, Asia Development Bank memperkirakan pertumbuhan sebesar 6.5%,
lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 6.8%. Meski adanya sedikit
revisi, Asia Development Bank tetap yakin bahwa Indonesia akan tetap tumbuh
moderat bahkan di tengah krisis hutang yang kini berlangsung di Eropa dan AS.(
wartaekonomi.co.id )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar